Minggu, 29 September 2013

Merindukan Pesantren Di Tengah Garangnya Kapitalisme Global Sebuah catatan



Sepertinya sudah tidak asing lagi bagi para pembaca yang terhormat ketika penulis bermaksud menyajikan sebuah pandangan-yang barangkali basi- mengenai isu-isu aktual dan menarik untuk kita kaji barsama sebagai manusia yang menginginkan cerahnya masa depan islam pada umumnya dan pesantren pada khususnya. Dimana kapitalisme global benar-benar merasuk dan menghantui dunia pesantren masa kini. Persoalan mendasar tantangan kita-masyarakat pesantren- adalah perang dingin yang di pelopori barat, penulis tidak bermaksud untuk mengada ngada mengenai tantangan pesantren yang di sajikan dalam tulisan ini.melainkan ini berangkat dari realitas hidup dan diilema etis yang kerap terjadi dekade terakhir ini.
            Terlepas dari semua pandangan negatif dan menurunnya kepercayaan masyarakat, penulis akan sedikit memberi pemahaman kaitannya dengan moderasi pesantren masa kini. Hal ini di maksudkan untuk kemudian tidak lagi ada stereotip yang malah memberikan tempat kepada pesantren untuk berkiprah pada ranah yang selayaknya bukan pada tempatnya. Artinya pesantren yang selama ini di percaya sebagai penjaga benteng dan pengendali bangsa dari seluruh ancaman baik yang datang dari luar maupun ancaman yang datang dari dalam pesantren itu sendiri. Sebagai lembaga pendidikan tradisional yang konsennya kepada dunia kitab-walaupun juga ada selingan pelajaran yang lain- pesantren diharapkan muncul ke permukaan sebagai sebuah lembaga pendidikan alternatif benar-benar mampu melahirkan insan yang benar-benar mengabdi kepada agama, bangsa dan negara.
            Barangkali hanya ada 2 kemungkinan ketika santri hengkang dari dunia pesantren, 2 itu seperti yang di khawatirkan oleh Muhammad Al-Fayyadl yaitu antara ”santri dan marxisme” dimana persoalan hidup di luar sana sungguh ada banyak saingan ketat. Baik itu dari segi moralitas remaja yang semakin hari semakin mengalami degradasi maupun gaya hidup yang semakin hari juga semakin beragam hingga sampai kepada perang pemikiran.
            Saat ini kita tahu bahwa liberasi, liberalisasi dan sekularisasi yang di pelopori barat hari ini semakin menyentakkan kaum sarung untuk melawannya dengan gigih dan tanpa rasa putus asa.         Sebagai bentuk perlawanannya, kaum santri diharapkan bisa dan mampu bersaing di ranah global demi terciptanya budaya santri di bumi pertiwi yang gemah ripah loh jinawi ini.
            Ketika banyak pengamat mengatakan bahwa indonesia hari ini mengalami krisis multi dimensi. mak, identitas bangsa ini di mata dunia internasional semakin tidak menemukan arah yang jelas. Dimana sistem dan kurikulum pendidikan kita selalu mengalami perubahan setiap tahun, begitu pula ketika ada pergantian menteri maka yang jelas semua kurikulum akan juga berubah walaupun pemerintah sendiri sadar bahwa kurikulum yang sebelumnya itu masih belum juga terealisasi dengan baik dan maksimal.
            Berangkat dari itu semua pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional dan lembaga pendidikan alternatif mempunyaii tawaran menarik kaitannya dengan kurikulum yang sedang berlaku di negeri ini. Kemungkinan-kemungkinan itu bisa saja akan selalu mengalami pengubahan dan tidak menjamin akan sebuah kesuksesan anak didik. Maka, jawaban pertama barangkali untuk mengantisipasi hal tersebut adalah memberlakukan kurikulum pesantren sebagai kurikulum nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar