Sepertinya sudah tidak asing lagi bagi para pembaca
yang terhormat ketika penulis bermaksud menyajikan sebuah pandangan-yang
barangkali basi- mengenai isu-isu aktual dan menarik untuk kita kaji barsama
sebagai manusia yang menginginkan cerahnya masa depan islam pada umumnya dan
pesantren pada khususnya. Dimana kapitalisme global benar-benar merasuk dan
menghantui dunia pesantren masa kini. Persoalan mendasar tantangan
kita-masyarakat pesantren- adalah perang dingin yang di pelopori barat, penulis
tidak bermaksud untuk mengada ngada mengenai tantangan pesantren yang di
sajikan dalam tulisan ini.melainkan ini berangkat dari realitas hidup dan
diilema etis yang kerap terjadi dekade terakhir ini.
Terlepas
dari semua pandangan negatif dan menurunnya kepercayaan masyarakat, penulis
akan sedikit memberi pemahaman kaitannya dengan moderasi pesantren masa kini.
Hal ini di maksudkan untuk kemudian tidak lagi ada stereotip yang malah
memberikan tempat kepada pesantren untuk berkiprah pada ranah yang selayaknya
bukan pada tempatnya. Artinya pesantren yang selama ini di percaya sebagai
penjaga benteng dan pengendali bangsa dari seluruh ancaman baik yang datang
dari luar maupun ancaman yang datang dari dalam pesantren itu sendiri. Sebagai
lembaga pendidikan tradisional yang konsennya kepada dunia kitab-walaupun juga
ada selingan pelajaran yang lain- pesantren diharapkan muncul ke permukaan
sebagai sebuah lembaga pendidikan alternatif benar-benar mampu melahirkan insan
yang benar-benar mengabdi kepada agama, bangsa dan negara.
Barangkali
hanya ada 2 kemungkinan ketika santri hengkang dari dunia pesantren, 2 itu
seperti yang di khawatirkan oleh Muhammad Al-Fayyadl yaitu antara ”santri dan
marxisme” dimana persoalan hidup di luar sana sungguh ada banyak saingan ketat.
Baik itu dari segi moralitas remaja yang semakin hari semakin mengalami
degradasi maupun gaya hidup yang semakin hari juga semakin beragam hingga
sampai kepada perang pemikiran.
Saat
ini kita tahu bahwa liberasi, liberalisasi dan sekularisasi yang di pelopori
barat hari ini semakin menyentakkan kaum sarung untuk melawannya dengan gigih
dan tanpa rasa putus asa. Sebagai
bentuk perlawanannya, kaum santri diharapkan bisa dan mampu bersaing di ranah
global demi terciptanya budaya santri di bumi pertiwi yang gemah ripah loh
jinawi ini.
Ketika
banyak pengamat mengatakan bahwa indonesia hari ini mengalami krisis multi
dimensi. mak, identitas bangsa ini di mata dunia internasional semakin tidak
menemukan arah yang jelas. Dimana sistem dan kurikulum pendidikan kita selalu
mengalami perubahan setiap tahun, begitu pula ketika ada pergantian menteri
maka yang jelas semua kurikulum akan juga berubah walaupun pemerintah sendiri
sadar bahwa kurikulum yang sebelumnya itu masih belum juga terealisasi dengan
baik dan maksimal.
Berangkat
dari itu semua pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional dan lembaga
pendidikan alternatif mempunyaii tawaran menarik kaitannya dengan kurikulum
yang sedang berlaku di negeri ini. Kemungkinan-kemungkinan itu bisa saja akan
selalu mengalami pengubahan dan tidak menjamin akan sebuah kesuksesan anak
didik. Maka, jawaban pertama barangkali untuk mengantisipasi hal tersebut
adalah memberlakukan kurikulum pesantren sebagai kurikulum nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar