Minggu, 29 September 2013

Menulis Setelah Pertengkaran Kisah Cinta Zubairi_Claras dan ikkeE_Claras



Setelah beberapa hari ini kau tak juga mengerti perihal hidupku yang selalu di rundung masalah, pesan singkat yang kau kirim melalui hand pone aktifku selalu saja membuatku sakit, entah karena isinya yang begitu menyengat, atau bahkan susunan dan bentuk bahasanya yang kau rangkum dengan begitu indahnya membuat air mata ini menetes tanpa terasa, walau sebenarnya beribu-ribu perempuan cantik indah dan elok kita pandang. Tetapi kegersangan kasih sayang dari beri-ribu wanita cantik itu tak satupun yang bisa memberi semangat pengorbanan dan ketulusan cinta serta kasih sayangnya masih saja harus menjadi tanda tanya besar. tak satupun di antara mereka yang mampu menyaingi kecerdikan, kelincahan dan kecerdasanMu hari ini dan hari yang akan datang. Tanpa mendahului takdir tuhan yang maha kuasa saya akan mengatakan bahwa kau adalah selera rasa hidup-matiku hari ini.sampai nanti, bahkan.
            Pada malam ini kitaPun sudah membuat sejarah duka, sejarah luka, sejarah canda-tawa dan sejarah akan masa depan kita berdua. tiba-tiba ada yang tidak biasa merasuki segala yang lepas dan luruh dari waktu. Sampai-sampai aku tak sadarkan diri telah mengecewakanMu. Waktu berputar mengelilingi masa, dari detik berubah menjadi menit, dari menit berubah menjadi jam, dari jam berubah menjadi hari, dari hari segera pula beranjak menjadi bulan, tahun dan abad. Hingga tanpa terasa hidup terlalu singkat untuk kita jalani, padahal hakikatnya ia hanyalah bundaran waktu akan masa lalu yang sempat kita kucilkan menjadi debu. Dan debu itu akhirnya menyuguhiku akan sebuah rindu yang menggunung dari segala lapas dan tidar waktu.
            Pun juga tak tahu akan masa depan kita berdua, entahlah sampai detik ini tuhan masih belum menjawab akan permohonanKu sekitar satu bulan lalu. Tiba-tiba semuanya membatu tak ada yang bisa mengungkitNya dari sudut waktu. Pohon-pohon yang berdiri tegak sambil menyanyikan dan mengheningkan cipta lagu-lagu kebangsaan, batu-batu yang menggunung selalu saja mengobarkan semangat kokoh perjuangan hingga pada suasana malam aku tak bisa lagi menafsir segala yang gugur dari daun jambu.
            Apa yang sebenarnya aku tulis malam ini adalah segalanya yang luruh dan rapuh dari segala suasana bathin lahiriKu menjadi realitas makna tak berarti. Masihkah kau menganggap semua ini adalah kosong tak berarti?. akuPun jadi kebingungan menjalani segala rindu tentang ruh dan riwayat lahirMu. Jangan-jangan akan semakin sulit untuk ku tafsir dirimu sebagai ratu di pelatarran halaman rumahku. Aku bingung, aku jadi bisu, aku jadi hantu dalam hidupmu. Beby, maafkan aku. Semoga ini bukan akhir dari segalanya. Aku tak lagi bisa menahan desah nafas ini jika tidak denganmu sebagai alunan irama bunyi suara hati.
            Seperti bunyi jangkrik, keok suaramu menjadikanku memburu waktu hingga sampai ke pelataran rumah ibu kandungmu. Mencari sesuatu yang tak pasti, mengharap semua yang terjadi menjadi berarti. Tapi alangkah indah jika hubungan ini adalah suara bathin dan murni suara hati terdalam; semoga saja. Aku akan selalu berprasangka baik pada dirimu lantaran aku tahu bahwa; kau adalah waktu yang ku buru hingga matahari senyap pada ujung rindu.
            SuaraMu melengking pada pertengahan malam, pohon-pohon yang berdiri tegap kini terlelap jadi sepi, api berkobar menabur segala harap akan dirimu di ujung pagi yang saban hari aku tiba pada janji-janji .
            Beb, Perjalanan ini ku namai PERTENGKARAN SUNYI lantaran aku mengerti bahwa kamu akan menjadi bidadari yang setia pada sepi. Bersama angin akan aku teriakkan, ikE........... ayo menyatulah kembali pada diriKu. Pagi beranjak pada awal siang dimana orang orang selalu saja menabuh segala rasa akan rindu pada ranjang rumahNya. Akupun bingung melangkah tak pasti tanpa tujuan berarti. mereka seperti kelimpungan mencari jejaka pepohonan akan makna sejati dari seluruh yang gugur dan terlepas pada pertengahan hari. Kembali pada malam, panggilan Adzan terdengar pada semua surau tak pelak lagi tanpa kau pertanyakan akan semua panggilan Tuhan di masjid dekat rumahKu. Kaupun akan segera beranjak memanahi sepi jadi berarti, bibirMu basah, kuyup dengan semua lafadz-lafadz dan lafdzullah . tiba-tiba aku tak sadar bahwa semuanya telah berhenti pada aneka makna yang kau rangkum jadi bidadari.
            Nyanyian dan tarian di kampung halaman menjadikan semua yang gugur dari ranting dedaunan petunjuk bagi seluruh alam. Perempuan itu bernama Aslania, ialah potrem masa depan. Aku bangga kau menjadi yang terbaik bagiKu.
            Percakapan-percakapan itu selalu terdengar kepada seluruh penjuru anak Adam, pohon-pohon yang berlari dan bernyanyi, daun yang gugur tak sadarkan diri, akar pohon yang menjauh, kulit yang mengelupas, buah yang jatuh dari terjangan angin puyuh, air yang mengalir dengan tenang, sumuur-sumur yang kering pada musim kemarau, rindu pulang pada kampung halaman dan tangisan mesraKu padamu yang tak kunjung datang adalah waktu.
            Aku tidak sedang berpuisi, aku juga tidak sedang berkhotbah di atas miimbar, atau pula tidak sedang berada pada podium istana negara untuk menyampaikan dan sosialisasi undang-undang, apalagi sedang besajak, karena sejatinya yang bersyair, yang bersajak, yang berpuisi dan yang berceramah semuanya adalah Alam(Husni Djamaluddin).
            Aku tidak sedang menulis, Aku yang tidak tidak sedang behenti menyajak, karena yang bersyair bukanalah saya, tetapi Alam dan lingkuungan sekitar.
            Akupun sadar akan semua yang terjadi, taman-taman itu layaknya sebuah pertunjukan, menarik bagi para pelancong. Segera bergegas berlari ke kamar. Menyendiri dan berteman dengan sepi yang mengingatKanku pada ketiadaan. Kau tak kunjung datang, apakah barangkali karena sudah sejak lama kau balik ke kampung pendidikan; Nirmala Asri?. Mungkin saja ia.
            Dimana lorong-lorong waktu telah lama berdiam pada keheningan malam. Ini, itu, disini, disitu, dimana kau bersyair Nia, ?. aku memburuMu sejak pertengahan bulan desember lalu. Aku takut, aku gembira, aku luka. Tiba-tiba kau pulang tanpa disangka. Ternyata penyakit yang kau derita menjadi beban berat dalam hidupKu, tapi apa. Aku rela dengan semua itu. Kau sakit saya juga sakit, kau gembira sayapun juga ikut gembira. Barangkali inilah cinta sejati dan cinta islami.
            Semoga kau baik-baik saja di seberang sana, rajinlah Beib, aku ingin kau menjadi matahari yang memberi dan ikhlas dengan sepenuh hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar