Minggu, 29 September 2013

Alalilu Pada Separuh Malam



Pada suatu malam aku bertanya tentang ruh dan riwayatmu, sementara angin bertiup mesra pada keheningan malam , kau tak juga mengerti padahal aku adalah seorang diri yang hanya di temani sepi dan sunyi. Lalu lalang keok burung hantu memenuhi ruang gendang telingaku. Apalagi ayng akan terjadi pada bulan maret ini?, menurut orang-orang yang suka meneliti akan keok burung itu yang semalam itu adalah riwayat antara hidup dan mati, ada lagi yang suka menyebutnya bidadari yang turun ke bumi tapi gagal menjadi matahari. Aku menjadi bingung tujuh puluh keliling menafsir segala luka di betis kananku lantaran kemaren; anda tak perlu tahu, cukup aku saja yang tahu dan merasakan sakit ini.semalam-sehari aku tak jadi menafsir akan keberadaanmu yang ku titipkan pada singgasana malam.rencananya pagi tadi tapi, gagal karena menurut orang tua lebih baik aku ikut ke ladang memanen padi. Entah siang ini yang bisa membuatku mampu menafsir segala yang aku fikirkan semalam-sehari. Orang-orang tiba-tiba berlari menuju rumah tuhan, hari ini jumu`ah pada waktu dzuhur mereka berkumpul pada sebuah tempat yang biasa kita sebut masjid. Datang pula pada jam ini seorang jama`ah berkopiah nasional dan sajadah di pundak kanannya menyuguhiku ceramah sosial-keagamaan, sepertinya ia hanya akan memberiku nasehat yang datang dari para nabi tapi malah anggapan itu kandas di tengah-tengah peradaban manusia. Padahal sebenarnya kita ingin yang tebaik dalam meniti hidup agar juga lebih bermakna. Aku cuek saja tanpa harus menyimak ceramah itu walau sebenarnya aku tahu bahwa ia cukup marah melihat relitas teks dan realitas konteks kekinian manusia. Beib, Aku Kembali Menulis Malam Ini memulai sepi dengan secangkir kopi. Walau sebenarnya aku tidak tahu akan bangun jam berapa malam nanti tapi yang pasti aku akan memberikan yang terbaik kepadamu hingga akhir hayat nanti, ini adalah kesengajaanku memanjakanmu lalu aku ingin sekali menyuguhimu para nabi yang kini tiada hari tak kunjung datang menemui para politisi, semrautnya lalu lintas di perjalanan membuat diri ini kehilangan makna hidup dan terhipnotis oleh suasana malam tanpa berarti, padahal banyak para juru dakwah menganjurkan untuk tidak lagi mendekati hal-hal yang kurang begitu baik, itu semua sebenarnya hanya untuk kesejatian, ketenteraman dan kesejahteraan kita dimasa depan.
Kembali aku harus bertanya tentang waktu; akan sampai jam berapa tulisan ini rampung ku selesaikan, padahal jam sudah hampir separuh malam, aku tak juga tidur, padaha entar malam nanti aku harus bangun sebelum waktu subuh tiba karena sejatinya aku masih belum melaksanakan sholat isya` yang merupakan salah satu kewajibanku sebagai umat islam, barangkali dengan ini menjadikanku lebih baik dari sebelumnya.aku tak juga mengerti akan janjimu yang sempat ku amini sekitar tiga hari lalu, selama ujian berlangsung kita tidak bakalan sms-an, begitu pekikmu aku mengiyakannya walaupun sebenarnya aku ingin sekali tidak lepas dari jerit suara merdumu.lalu kemaren malam dan malam ini pesan singkat yang kau kirim ke aku sudah tidak menunjukkan komitmen yang sempat kita sepakati bersama.mungkin inilah kemauanmu dalam meniti hubungan denganku.lalu sudahkah kita berfikir tentang waktu yang lepas dari segala tangkainya, apa iya hanya iming-iming belaka untuk memancingku pada pelabuhan waktu?.
Kaupun pura pura tidak mengerti tentangku yang selama ini selalu menghadirkanmu dalam sujud sakalku, walaupun angin sepertinya tidak ada. Namanya saja aku ingin selalu menjadi matahari yang menaklukkan. Aku tetap ingin memilikimu walau tidak berbentuk apa?
Apapun yang terjadi asalkan bersamamu akan tetap ku terima dengan lapang dada. tapi....ada syaratnya dounk. Tiba tiba aku terlelap pada suasana bathin yang kau kirim pada paru malam ini. mau tahu...???.
e...............jangan gak boleh, karena ini dokumen negara yang sangat rahasia.hihi....
alih alih aku kembali bertanya tentang waktu dan dirimu yang saban hari hadir sebagai matahari yang menaklukkan. Janji yang sempat ku amini beberapa waktu lalu ternyata kau jadikan sebagai pelepah rasa ego dan kambing hitam padaku. Entahlah..... aku juga tidak mengerti akan tafsir dirimu???
Sehingga siang ini aku harus kembali menulis tentang rasa, tentang rindu dan tentang segala kekecewaan akan masa lalu. Sementara hari ini aku harus ke ladang ikut memanen padi yang tumbuh dari segumpal tanah yang kau selip pada saku baju kiriku. Apa aku harus memilih?.
Tentu saja tidak beb, aku sudah menekatkan komitmen untuk bersama-sama menjadikan hubungan ini sebagai awal dari kehidupan nyata kita. Hal ini sebenarnya tidak pernah bermaksud untuk mengaga-ngada. Dan ini murni dari hati terdalam. Beby, mengertilah sebelum aku pasrah. matahari sudah mulai beranjak malam memenuhi panggilan tuhan aku harus segera solat. apalagi besok kamu libur sekolah, jadi untuk mengisi waktu luang ayo kita sama-sama ngobrol seputar apa saja yang penting kita ingat akan janji kita dahulu; akan menyatu menjadi satu dalam diriku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar