Belajar adalah
memulai hidup dengan cara yang tidak biasa, dengan ini pulalah terasa ada iri
dalalm diri setelah membaca tulisan mas Borkan omara yang berjudul
“terpenjara di negeri kata”. Sungguh saya merasa tersihir oleh dialek khasnya
dalam menyampaikan cerita lewat sebuat cerita dan benar-benar membuat saya
harus setia pada realita apapun konsekuensi yang akan saya terima. Sungguh,
barangkali inilah awal saya dalam menapaki dan menjalani hidup dengan pena. Semua
yang terlahir pastilah akan menerima sebuah pilihan, entah itu menyakitkan,
menyedihkan dan bahkan menakutkan. Hal ini menjadi wajar ketika manusia lahir
dan memulai hidupnya dengan tindakan logis. Dari apa yang coba saya tuliskan
pada catatan usil ini sebenarnya karena berangkat dari sebuah rasa iri dan
cemburu, karena menyaksikan karya teman-teman riuh di media massa, baik itu
cetak maupun elektronik.
Pergulatan
sejarah peradaban manusia di mulai sejak dirinya megenal hidup bahwa dirinya di
lahirkan demi merawat dan meruwat diri menjadi lebih baik. Baik dari segi pola
dan tingkah laku. Hal ini akan segera di buktikan bahwa manusia sejatinya harus
benar-benar menjadi makhuk pemegang kendali sejarah peradabannya. Sepertinya
mafhum ketika gejolak dan dilemma hidup selalu saja di penuhi dengan cobaan dan
tantangan. Dari inilah saya merasa mempunyai tanggung jawab terhadap diri bahwa
saya harus dan wajib menjadi penulis kawakan yang belevel internasional.
Tulisan memang
seharusnya memberikan pencerahan dan penyadaran kepada pembaca agar kehidupan
tidak selalu saja di bohongi oleh hal-hal yang kita anggap sepele. Layaknya
sebuah perjalanan panjang tanpa di bekali rasa berani dan pasrah, percuma saja.
Demikian halnya dengan tulisan di hadapan pembaca ini, awalnya memang penulis
pesimis karena kemungkinan besar karya yang ahir dari tangan dingin saya tidak
sepeerti yang menjadi harapan dan dugaan pembaca. Namun ke optimisan ini
terobati ketika coba saya melangkah walalupun sebenarnya saya tidak tahu harus
kemana. Karena keyakianan dan keberanian akan mengantarkan kita pada gerbang
pintu menujju kesuksesan.
Sebuah pilihan
yang saya yakini akan membawa diri ini pada kegelimangan masa depan adalah
dengan cara terjun pada dunia jurnalis, dimana ada banyak berita di media yang
tidak setia pada fakta. Ini adalah bukti nyata dari sebuah keberanian saya
untuk menuliskan apa saja yang ada di benak saya. Entah orang lain menganggap
ini jelek, atai bahkan menilainya sama sekali tidak berarti. Saya akan tetap
pada keyainan dan keeranian bahwa saya pasti bisa melalui dunia tulis menulis.
Sepetinya ada
banyak tanda Tanya besar dari pembaca sekalian kaitannya dengan karya yang
lahir dari tangan pribadi ini. Ada apa dengan tulisan ini?. Apa maksud dan
tujuan tulisan ini lahir?. Atau bahkan akan pula ada pertanyaan lain yang lebih
mengiris hati. Jangan-jangan penulisnya ini mabuk?.
Saya menyadari
bahwa pertanyaan di atas akan selalu muncul di pikiran pembaca ketika dirinya
selalu di bingungkan oleh hal-hal tidak jelas dari sebuah tulisan. Namun
ketidak jelasan ini akan menjadi bukti bahwa saya akan terus menulis demi
cita-cita mulya, yakni memahami berita dengan penuh makna sehingga tidak lagi
ada statement miring dari pembaca bahwa berita seringkali bernuansa politis.
Artinya, anggapan yang sering kali muncul di benak orang-orang adalah ketidak
setiaan berita pada sebuah fakta. Dari inlah saya berupaya untuk terus
melahirkan karya-karya berkualitas tanpa ada lagi embel-embel; fakta selalu
saja di jungkir balikkan menjadi cerita luka. Zubairi akan mengubah pola
pikir masyarakat yang seperti ini.
Tentunya dengan cara terjun pada dunia penulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar