Di
saat orang-orang bergembira ria menikmati raung knalpot di pinggir kota, aku
merenung. Meratapi semua yang berlari dan merenungi sebuah mimpi. Akankan kota
ini sepi di saat pagi?. Aku kembali bertanya pada diri. Tiba-tiba desing maut
datang dari arah yang tak ku kenal. Lalu aku tertegun menyaksikan lalu lalang
orang-orang. Atau menikmati hari dengan senyuman walau sebenarnya lapar. Sehari
ini aku tak juga menyentuh sesuap nasi untuk tubuhku yang kian hari semakin
layu bak daun bayam layu oleh panas matahari. Kembali beribu pertanyaan di
lubuk hati, kenapa kunjungan kali ini tak mengabariku?. Padahal aku sangat
merindumu. Atau jangan-jangan sudah muak dengan semua tingkah dan lakuku yang
selama ini?. Semua ini hanyaa aku sadari bahwa semuanya akan sampai pada
waktunya yakni meniti hari dengan hati-hati lantaran kita adalah manusia sejati
yang setia pada mimpi-mimpi.
Sudah saatnyalah kita bersenang hati
karena kita sudah merenung dengan segala macam dilema hidup yang tak mungkin
kita jalani-selamanya- tanpa arti. Semoga. Amin.
Mi, aku semakin tidak mengerti
perihal tubuhku sendiri yang kini kau anggap hanya sebatas ironi. Sebatas
kekhawatiran adalah masa dimana setiap yang tumbuh adalah waktu yang semakin
hari semakin terlihat bahwa diriMu adalh segalanya bagiKu.
Mi, kapan lagi kau akan mengunjungi
rumah dan halaman rumahKu?.
Aku,
ibu dan bapak menunggu kedatanganMu. Daun pintu rumahKu sudah terbuka lebar
untukMu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar